GERAKAN TOSS TB, TEMUKAN TB OBATI SAMPAI SEMBUH

Bandar Lampung, Apr 2016 – 24 Maret adalah Hari Tuberkulosis Sedunia. Kuman TB sudah ditemukan sejak 24 Maret 1882, akan tetapi sampai sekarang belum ada satu negarapun di dunia yang bebas tuberkulosis. Bahkan Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang paling sering dijumpai di Indonesia.

toss3

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization Global Report, 2014) melaporkan bahwa pada tahun 2014 terdapat sekitar 9 juta kasus TB baru di dunia. Di Indonesia kasus TB telah mengalami penurunan, dibandingkan dengan tahun 1990 maka prevalensi TB di Indonesia mengalami penurunan sebesar 38%, sedangkan insidensi TB mengalami penurunan sebesar 12% dan angka kematian TB mengalami penurunan sebesar 37% sampai tahun 2014. Data Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga akhir 2015 jumlah orang yang diduga TB yang diperiksa adalah 1.210.659 orang, dan jumlah kasus TB ternotifikasi sebanyak 324.020 kasus termasuk di antaranya kasus TB anak sebanyak 23.080 kasus.

TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, masih dikenal sampai sekarang dengan sebutan TBC atau penyakit 3 huruf juga sakit flek. TB bukanlah penyakit bawaan, bukan pula penyakit keturunan ataupun guna-guna, juga bukan disebabkan oleh kelainan genetik apalagi kutukan Tuhan.

Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru, walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain seperti : kelenjar getah bening (limfadenitis TB), tulang belakang (Spondilitis TB), selaput otak (meningitis TB), perut (peritonitis TB), kulit, dan tenggorokan (laryngitis TB). Diagnosanya ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya.

toss4Kuman TB dapat ditularkan pada orang lain melalui udara, yang disebabkan oleh batuk ataupun bersin-bersin dari pasien TB. Lewat batuk dan bersin dari pasien TB tersebut, percik renik (percik dahak yang sangat kecil) yang mengandung kuman TB dari dalam paru akan keluar, terbawa ke udara bebas dan dapat dihirup oleh orang di sekitar. Orang yang menghirup kuman TB tersebut, bisa jadi terinfeksi TB (infeksi laten) akan tetapi belum tentu sakit TB. Namun, kuman TB yang berterbangan di udara tersebut akan mati jika terkena sinar matahari dan sebaliknya, kuman TB akan bertahan lama jika berada pada ruangan yang lembab ataupun ruangan tertutup yang ber-AC.

Daya tahan tubuh setiap orang sangat mempengaruhi resiko penularan kuman TB hingga menjadi sakit TB. Penyakit TB ini juga dapat menyerang siapa saja, tidak memandang usia, jenis kelamin, maupun status sosial. Namun ada beberapa faktor yang memiliki resiko penularan TB lebih besar, contohnya mereka-mereka yang memiliki kontak erat dengan pasien TB yang belum terobati atau sedang menjalankan pengobatan fase awal, yang memiliki kekebalan tubuh rendah seperti bayi, anak-anak dan orang lanjut usia. Mereka-mereka yang memiliki kekebalan tubuh lemah karena adanya faktor penyakit lain seperti HIV/AIDS (ODHA) dan penyandang penyakit Diabetes Melitus. Dan juga perokok, karena lebih dari 20 persen kasus TB di dunia disebabkan oleh orang yang aktif merokok.
Banyaknya jumlah penderita TB (TB aktif maupun yang sudah pernah tertular dan kumannya ‘tidur’), ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan sehingga tidak sembuh tuntas, keterlambatan dalam menegakkan diagnosa, timbulnya masalah baru yang mempersulit eliminasi TB (yaitu MDR TB, TB HIV, TB DM, TB rokok dan TB pada Perempuan), kemudian kejadian tuberkulosis juga berhubungan dengan situasi sosio ekonomi yang belum baik menjadi penyebab mengapa Tuberkulosis belum dapat tuntas dieliminasi di Indonesia bahkan Dunia.

Gejala utama TB adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Gejala lain adalah dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, dada terasa nyeri, demam meriang lebih dari sebulan, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik.
Gejala untuk TB pada anak adalah batuk-batuk yang cukup lama yang berlangsung selama 3 minggu atau lebih dan biasanya intensitasnya tinggi atau tidak pernah reda, demam yang berkepanjangan lebih dari 2 minggu tanpa sebab yang jelas, biasanya disertai dengan keringat malam dan umumnya tidak terlalu tinggi, berat badan menurun tanpa sebab yang jelas atau dalam 1 bulan tidak mengalami kenaikan dengan penanganan gizi yang adekuat. Nafsu makan menurun atau susah makan dan menjadi lesu atau anak jadi kurang aktif untuk bermain juga merupakan salah satu gejala TB pada anak.

Penyakit TB dapat menyebabkan kematian jika tidak diberi obat. Setelah dinyatakan positif TB, pasien diberi obat yang harus diminum secara teratur sampai TUNTAS selama 6-8 bulan. Selama masa pengobatan diperlukan pemeriksaan dahak pada tahap awal pengobatan, 1 (satu) bulan sebelum masa pengobatan berakhir, akhir pengobatan. Obat TB diberikan secara GRATIS dan dapat diperoleh di puskesmas/rumah sakit.

Di Indonesia saat ini mulai dikenal TB Resisten Obat (TB RO) atau MDR TB yaitu Multi Drug Resistent Tuberculosis atau dikenal dengan tuberkulosis yang resisten alias kebal, dimana MDR TB memiliki kekebalan terhadap obat anti TB utama, yaitu rifampisin dan INH, juga disertai dengan resisten terhadap obat anti TB lini pertama lainnya seperti etambutol, streptomisin dan pirazinamid. Pengobatan MDR TB pun lebih sulit, obatnya lebih banyak yang harus diminum, waktu pengobatannya lebih lama sampai sekitar dua tahun dan memiliki efek samping yang lebih sering.

Perkiraan kasus TB Resisten Obat di Indonesia per tahun adalah 6.800 kasus. Jumlah terduga TB MDR tahun 2015 yang diperiksa sebanyak 15.246 dimana jumlah kasus TB MDR yang diobati tahun 2015 sebanyak 1.547 kasus. Saat ini layanan bagi TB resisten telah tersedia 34 RS Rujukan TB MDR di 26 Provinsi, 13 RS Sub Rujukan dan 1050 Fasyankes Satelit. Untuk pelayanan TB MDR di Provinsi Lampung ada di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek, sedangkan Rumah Sakit Rujukan Nasional untuk kasus TB RO atau MDR TB adalah RSU Persahabatan Jakarta.

Akses layanan TB semakin meningkat, sejumlah 9.075 Puskesmas (95%) dan 999 Rumah Sakit (62%) telah menyediakan layanan TB sesuai standar program. Akses layanan ini semakin ditingkatkan melalui penguatan jejaring layanan yang melibatkan swasta dalam skema public-private mix dan dimasukkannya pelayanan TB didalam program Jaminan Kesehatan Nasional.

Dalam memerangi penyebaran TB terutama pada anak anak yang masih rentan daya tahan tubuhnya, Pemerintah Indonesia telah memasukkan imunisasi BCG (untuk mencegah TB berat misalnya : TB selaput otak dan TB paru berat) sebagai salah satu program prioritas imunisasi wajib nasonal beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib lainnya yaitu hepatitis B, Polio, DPT, dan campak.

Adapun capaian indikator untuk menggambarkan keberhasilan program pengendalian TB yaitu Case Notification Rate (CNR) dan Treatment Success Rate (TSR). Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, ibu dr. Hj. Reihana, M.Kes, menyampaikan, “Untuk di Provinsi Lampung, angka penemuan kasus sudah mencapai strategi nasional yaitu CNR 99/100.000 penduduk, sedangkan angka keberhasilan pengobatan TB (TSR) yang telah mencapai target di atas 90 % adalah kabupaten Pesawaran, Tanggamus, dan Waykanan”.
Oleh sebab itu perlu kesadaran masyarakat bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati-hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan, tidak membuang ludah sembarangan tetapi meludah di tempat tertentu seperti lakeng tertutup yang sudah diisi dengan sabun, karbol atau lisol. Buanglah dahak tersebut ke lubang WC atau timbun ke dalam tanah di tempat yang jauh dari keramaian. Sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue, menutup mulut pada waktu batuk dan bersih, menelan obat anti TB (OAT) secara lengkap dan teratur sampai sembuh, cuci tangan dengan sabun setelah tangan digunakan untuk menutup hidung/mulut pada waktu batuk dan bersin, ventilasi yang cukup sehingga udara segar dan sinar matahari masuk ke dalam rumah, mengusahakan sinar matahari masuk ke ruang tidur, menjemur alat-alat tidur sesering mungkin, karena kuman TB mati oleh sinar matahari.

“Saya sangat mengharapkan agar masyarakat Lampung peduli Gerakan TOSS TB, Temukan TB Obati Sampai Sembuh, berikan dukungan moril dengan mengajak penderita TB berobat sampai sembuh tuntas, tidak bersikap diskriminatif terhadap pasien TB, dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga Indonesia Bebas TB 2050 dapat tercapai”, pesan dr. Hj. Reihana, M.Kes.

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Humas Dinas Kesehatan Prov. Lampung dr. Asih Hendrastuti, M.Kes (Hp. 082177016688),
email: [email protected]

Share: